Panen ideal bawang berlian pada umur 3-4 bulan saat kadar senyawa aktif optimal.
Elmer
Drew Merrill menyematkan nama ilmiah Eleutherine americana untuk
bawang berlian. Ahli botani dari Amerika Serikat itu meminjam kata
eleuthera dari bahasa Yunani yang berarti gratis. Adapun nama spesies
americana mengacu pada asal bawang berlian yakni Brasil dan Bolivia di
benua Amerika.
Menurut ahli Farmakologi dari Sekolah Farmasi
Institut Teknologi Bandung, Dr Sukrasno MSi, eleutherine terdapat
secara khusus pada bawang berlian. Artinya senyawa aktif itu hanya
terdapat pada bawang berlian sehingga turut menyumbang nama genus
tanaman itu.
Tiga bulan
Saat ini
keruan saja, bawang berlian bukan herbal gratisan, meski harganya juga
tak semahal berlian. Pekebun di Bogor, Jawa Barat, Ali Rahman, menjual
sekilo bawang berlian segar Rp60.000. Semahal apapun, bagi banyak
pasien diabetes mellitus, mag, atau stroke bawang berlian tak ubahnya
penyelamat. Umbi tanaman anggota famili Iridaceae itu menjadi panasea
alias obat beragam penyakit karena mengandung aneka senyawa aktif
seperti triterpenoid dan kuinon.
Ada pula senyawa golongan
naftokuinon yaitu eleutherol, eleutherin, isoeleutherin, eleucanacin,
dan isoeleutherol. Kandungan senyawa bioaktif pada umbi meningkat
secara signifikan dari pekan ke-4 sampai ke-12. Peneliti dari
Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan,
Dra Evi Mintowati Kuntorini MSc, menduga tanaman menyintesis senyawa
biokatif pada sitosol atau massa semicair di dalam sitoplasma sel.
Tanaman
kemudian menyalurkan senyawa itu ke vakuola alias bagian dari sel
yang berfungsi menyimpan zat makanan, di umbi dalam bentuk glikosida.
Itulah sebabnya dari pekan ke pekan ukuran umbi semakin membesar
karena berperan sebagai penyimpan senyawa bioaktif. Bukan saja ukuran
yang membesar, kadarnya pun meningkat (lihat infografis). Oleh karena
itu pekebun idealnya panen bawang berlian pada umur 3-4 bulan
pascatanam. Ketika itu kandungan senyawa aktif pun optimal.
Tiga faktor
Menurut
Robbers James E dalam Pharmacognosy and Pharmacobiotechnology,
sintesis senyawa bioaktif pada tanaman dipengaruhi oleh tiga faktor
utama, yaitu keturunan atau genetik, ontogeni atau tahap perkembangan,
dan lingkungan. Gen mengatur sintesis metabolit sekunder seperti
senyawa naftokuinon melibatkan interaksi antara biosintesis,
transportasi, penyimpanan, dan degradasi.
Pengaruh ontogeni
terlihat jelas pada sintesis metabolit sekunder, biasanya ada
peningkatan dalam isi dengan umur tanaman seperti pada bawang berlian.
Sementara faktor lingkungan seperti tempat tumbuh, iklim, dan metode
penanaman juga mempengaruhi produksi metabolit sekunder.
Menurut
Kuntorini kandungan senyawa naftokuinon pada daun tanaman di dalam
rumah kaca dan lahan terbuka relatif sama. Kadar senyawa bioaktif pun
tetap dari pekan ke-4 sampai ke-12. Artinya, tanaman mengonsentrasikan
penyimpanan senyawa aktif pada umbi.
Kandungan senyawa
bioaktif pada umbi tanaman pada rumah kaca lebih besar daripada di
lahan terbuka. Namun, jenis senyawa aktif sama saja. Artinya tanaman
yang ditanam pada rumah kaca maupun lahan terbuka memiliki senyawa
bioaktif naftokuinon. Di lahan terbuka, bawang berlian lebih cocok
tumbuh di tanah yang memiliki tekstur lempung berliat sebagaimana
riset Hartarto Yusuf dari Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Mancanegara
Menurut
K Heyne dalam Tumbuhan Berguna Indonesia, bawang berlian dari Amerika
tropis dan menyebar ke berbagai negara termasuk Indonesia. Bawang
berlian juga kondang di mancanegara. Voravuthikunchai dari Fakultas
Sains, Prince of Songkla University, Thailand, menyatakan bawang
berlian lazim digunakan dalam masakan tradisional, misalnya sebagai
bahan salad. Apalagi horm daeng alias bawang berlian terbukti dapat
mencegah perkembangan bakteri dan pembentukan asam thiobarbiturat
sehingga masakan memiliki daya simpan lebih lama.
Masyarakat
Thailand menggunakan horm daeng bersama kencur untuk mengobati batuk
pada anak. Masyarakat di Amerika selatan dan Amerika Serikat justru
memanfaatkannya sebagai tanaman hias baik di dalam pot maupun di
pekarangan. Begitu pula masyarakat Tiongkok membudidayakan ang
chang-sebutan bawang berlian di sana-sebagai tanaman hias, bumbu
masak, dan obat tradisional untuk flu, pencahar, dan gangguan jantung.
(Susirani Kusumaputri/Peliput: M Khais Prayoga dan Bondan Setyawan).
Keterangan Foto :
- Senyawa aktif naftokuinon disimpan dalam umbi
- Kandungan senyawa aktif semakin meningkat seiring bertambahnya umur tanaman
- Masyarakat
Thailand mencampurkan bawang berlian dalam salad untuk
memperpanjang daya simpan dan mengurangi kontaminasi bakteri
- Ali Rahman (kiri) bersama dengan Andi (kanan) membudidayakan bawang berlian di Bogor, Jawa Barat
http://trubus-online.co.id/index.php/topik/6369-tunggu-tiga-purnama.html |
|
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.